Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISA PENOLAKAN FILM (REJECT ANALISYS”
dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang analisa penolakan film
atau lebih spesifiknya penyebab terjadinya penolakan film. Diharapkan Makalah
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang analisa penolakan
film.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar 15 Februari 2015
Penyusun
Penyusun
A. LATAR BELAKANG
Fotografi
adalah suatu proses pencatatan bayangan dengan menggunakan cahaya pada bahan
yang peka terhadap cahaya. Radiofotografi adalah proses pencatatan bayangan
dengan menggunakan sinar-x.
Sinar-x ditemukan pada tanggal 8
november 1895 oleh Wilhelm Cundrad Rooentgen.Benda yang memancarkan cahaya yang
lebih kuat maka pada lapisan emulsi film akan terjadi penghitaman lebih
dibandingkan dengan yang memancarkan cahaya kurang
kuat.
Proses yang terjadi pada Radiografi
:
a.
Proses pembentukan bayangan
b.
Proses pencatatan bayangan pada alat yang peka
terhadap cahaya
c.
Proses pembentukan bayangan permanen
Perlengkapan Radiofotografi :
a.
Pesawat sinar-x
b.
Tabung sinar-x
c.
Window
d.
Film sinar-x → Bahan AgBr
e.
Kaset sinar-x (kedap cahaya)
f.
Prosessing ada 2 cara yaitu manual dan otomatis
Film sinar-x mempunyai fungsi sebagai pencatat bayangan dari gambar yang
diinginkan sehingga dapat terlihat. Sifat film radiografi
mempunyai kemampuan membuat pola dari bermacam-macam kehitaman (densitas) yang sebanding dengan
intensitas cahaya radiasi yang diserap. Namun tidak semua pemotretan radiologi
yang berhasil mencatat bayangan yang diinginkan. Ada beberapa kasus dimana film
mengalami penolakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Ø Apakah yang
dimaksud dengan analisa penolakan film?
Ø Apakah
penyebab terjadinya penolakan film?
Ø Bagaimana
prosedur pelaksanaan analisa penolakan film?
C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Ø Menjelaskan
definisi analisa penolakan film.
Ø Menjelaskan
penyebab terjadinya penolakan film.
Ø Menjelaskan
bagaimana prosedur pelaksanaan analisa penolakan film.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI REJECT ANALYSIS (ANALISA
PENOLAKAN FILM)
Dalam proses peningkatan mutu
radiografi dibutuhkan peranan radiografer dalam meningkatkan efesiensi
diagnostik imaging. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu radiografi dan untuk
meningkatkannya perlu dicari faktor-faktor penghambatnya secara pasti. Salah
satu metode yang akan diuraikan adalah Reject Analysis (Analisa Penolakan
Film). Reject analysis yakni analisis dari foto rontgent yang ditolak dan
diulang karena tidak memenuhi syarat untuk keperluan diagnosa.
Reject analysis merupakan metode
yang digunakan oleh Departemen Radiologi untuk menentukan analisis film yang
ditolak, efektivitas biaya, konsistensi staff dan equipment dalam menghasilkan
radiograf yang berkualitas.
Tujuan Reject analysis film
dilakukan dengan tujuan untuk memastikan standar yang tinggi pada teknik
radiografi dan pemanfaatan film darat terjamin pada unit radiologi, memastikan
peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten dengan standar yang
tinggi, memastikan bahwa bahan - bahan yang ada digunakan secara efektif (cost
effective way), menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang
direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan perhatian, dan sebagai
perencanaan awal dari reject analysis program.
Sasaran reject analisis mencakup 2 hal pokok :
v Standardisasi
kualitas.
v Mencari penyebab penolakan dan
pengulangan foto.
Dalam proses reject analysis film sangat dibutuhkan
kesadaran radiografer dalam mencegah terjadinya reject dan repeat film, dan
dalam menekan radiasi terhadap pasien .
B. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB REJECT
ANALYSIS
Sebelum melakukan reject analysis (analisa penolakan
film) maka kita harus mengetahui telebih dahulu penyebab reject analysis .
Adapun faktor – faktor penyebab reject analysis, sebagai berikut :
1. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia (
human error )
Kesalahan atau kekurang telitian personal atau
radiografer dalam mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang dihasilkan
tidak memberikan informasi yang jelas untuk menegakkan diagnosa. Gambar yang
dihasilkan dapat menjadi under exposure atau over exposure. Under exposure
terjadi karena faktor eksposi yang diberikan kurang sehingga gambaran menjadi
putih akibat kurangnya kontras dan densitas. Sedangkan over exposure terjadi
karena faktor eksposi yang diberikan terlalu banyak sehingga gambaran yang
dihasilkan menjadi terlalu gelap akibat kelebihan kontras dan densitas.
2. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan
(tools eror)
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat
kurang berfungsinya alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat
rontgen yang tidak stabil karena ada hambatan pada tegangan. Processing
otomatis yang macet atau roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film
tergores. Kaset dan IS yang kotor, marker yang menutupi organ.
3. Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien
(patient eror)
Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi
menjadi kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat
juga terjadi karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena
tidak mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.
Data-data tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu
tertentu misalnya 2 – 6 bulan. Selama itu dapat dianalisis foto yang ditolak
dan diulang untuk masing-masing jenis pemeriksaan, untuk masing-masing ruangan
dan bahkan untuk satu unit radiologi.
Selain faktor – faktor diatas,
penolakan film juga dapat terjadi karena adanya kesalahan – kesalahan pada
pengolahan film. Saat pengolahan film dilakukan, adakalanya hasil pengolahan
pada film menghasilkan film yang memiliki tambahan densitas (derajat
kehitaman). Penambahan densitas yang terjadi tadi tidak merata tetapi hanya
pada beberapa bagian tertent saja. Penambahan densitas pada film yang seperti
ini dinamakan fog. Jenis – jenis kesalahan tersebut , antara lain :
a.
Age fog
Age fog dihasilkan dari film yang
mempunyai usia yang mlebihi waktu kadaluarsa (expired date). Setiap film yang
diproduksi oleh pabrik akan memiliki expired date tertentu, biasanya satu than
dari wakt produksi. Film yang digunakan setelah melewati expired date akan
menyebabkan film bertambah densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam
yang mungkin masuk ke dalam tempat penyimpanan film dan suh tempat penyimpanan
film. Penambahan densitas ini membuat gambaran pada film tampak seperti kabut
hitam saat film dip roses meskipun tanpa di eksposi oleh sinar-x terlebih
dahulu.
Untuk mencegah terjadinya age fog
sebaiknya digunakan system FIFO (First In First Out) pada penyimpanan film.
System FIFO maksudnya film yang lebih dahulu datang diletakkan dibagian paling
depan sementara film yang kemudian datang diletakkan dibelakang film yang
terlebih dahulu datang.
b.
Light fog
Light fog adalah fog yang terjadi
karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari safelight. Safelight
memiliki sifat yang aman terhadap emulsi film tetapi bagaimanapun juga cahaya
safelight akan mengakibatkan fog jika waktu kontak antara cahaya safelight
dengan film tergolong lama. Secara spesifik penyebb light fog adalah sebagai
berikut :
·
Kesalahan warna safelight.
·
Filter bocor / cahaya safelight terlalu kuat.
·
Film terlalu lama terkena cahaya safelight.
c.
Radiation
fog
Radiation fog adalah fog yang
disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi. Radiasi ini bisa berasal
dari sinar-x, bahan – bahan radioaktif dan juga radiasi alam. Radiasi yang
berinteraksi dengan film akan menyebabkan densitas film bertambah. Radiasi bisa
berinteraksi dengan film dikarenakan kurangnya proteksi radiasi pada tempat
penyimpanan film. Tempat penyimpanan film biasanya dekat sekali dengan kamar
pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut terdapat pesawat sinar-x.
Untuk mencrgah supaya hal ini tidak
terjadi, maka box film dalam keadaan rapat sehingga tidak ada cahaya yang masuk
sedikitpun ke dalam box film. Kemudian pastikan pintu dan dinding kamar gelap
tempat biasa disimpan film, telah dilapisi dengan Pb 2mm sebagai proteksi
radiasi.
d.
Oxygen fog
Oxygen fog adalah fog yang
disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas. Saat dilakukan
inspeksi, film akan dinagkat kelar dari tangki developer. Saat keluar dari
developer, permukaan film masih basah oleh cairan developer. Akibatnya
developer yang berada di permukaan film akan berinteraksi dengan udara bebas
terutama oksigen. Oksigen akan mengoksidasi developer yang menempel pada
permukaan film. Akibat oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah densitasnya
dan film mengalami fog. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka saat
melakukan kegiatan inspeksi sebaiknya tidak terlalu lama, meskipun tidak
menggunakan safelight saat melakukan inspeksi,
e.
Chemical fog
Chemical fog adalah fog yang
dihasilkan karena factor kimia yang berada di dalam cairan developer saat
dilakukan pengolahan film. Secara spesifik chemical fog diakibatkan oleh:
·
Film terlalu lama di dalam cairan pembangkit.
·
Ph cairan pembangkit tinggi.
·
Kesalahan komposisi cairan pembangkit.
·
Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain.
f.
Back scatter
fog
Back scatter fog adalah fog yang
dihasilkan oleh radiasi hambr. Radiasi hambur yang masih cukup besar masih bisa
menyebabkan kehitaman pada film. Pada beberapa pemeriksaan, kaset dibagi
menjadi dua. Untuk membagi kedua kaset ini biasanya hanya digunakan lampu
kolimator untuk membatasi lapangan penyinaran. Jika pesawat sinar-x yang
digunakan masih sangat bagus keluar berkasnya, maka pembagian ini akan
tergambar senpurna artinya tidak ada bagian lain yang bertambah kehitamannya
akibat radiasi hambur. Namun jika pesawat sinar-x yang diguanakan sudah tidak
bagus lagi keluaran berkasnya, maka pasti akan muncul penambahan kehitaman pada
gambaran disebelahnya akibat radiasi hambur.
Untuk menghindari hal tersebut terjadi,
jika harus menggunakan kV yang tinggi pada pemeriksaan maka gunakanlah grid
diatas kaset yang fungsinya menyerap radiasi hambur. Kemudian jika kV yang
digunakan kecil, namun pesawat sinar-x keluaran berkasnya sudah tidak bagus
lagi maka gunakan pentup yang terbuat dari Pb 2 mm untuk membatasi lapangan
penyinaran pada daerah sebelahnya.
g.
Dechroic fog
Dechroic fog adalah fog yang
dihasilkan akibat interaksi dari developer dengan fixer pada film. Hal ini
terjadi karena proses rinsing tidak dilakukan dengan waktu yang cukup.
Sebagaimana telah diketahui bahwa cairan developer bersifat basa dan fixer
bersifat asam. Untuk menghindari interaksi langsung antara asam dan basa ini,
film di bilas dengan air di tangki rinsing. Pembilasan ini bertujuan untuk
menghilangkan developer dari permukaan film ketika hendak dimaasukkan ke dalam
fixer yang bersifat asam. Interaksi langsung antara developer dan fixer akan
mengakibatkan film mengalami fog.
Untuk mencregah supaya hal ini tidak
terjadi maka lakukan rinsing dengan waktu yang cukp sehingga benar – benar
yakin bahwa cairan developer sudah tidak ada di permukaan film atau setidaknya
berkurang banyak. Kemudian ntuk menjaga agar prose rinsing berjalan dengan
baik, pastikan air yang berada di dalam tangki tetap bersih.
h. Artefact
Artefact adalah kesalah pengolahan
film yang membentk bayangan putih pada film setelah diproses. Artifact biasanya
terjadi karena permukaan IS yang tidak bersih. Permukaan IS mungkin tanpa
sengaja terdapat tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas. Akibat
hal-hal tersebut maka pendaran yang dihasilkan oleh IS akan tertahan sehingga
sedikit pendaran cahaya yang ampai ke film. Untuk mencegah supaya hal ini tidak
terjadi, maka pastikan IS selalu dirawat dengan frekuensi yang sudah
ditentukan. Namun untuk lebih meyakinkan dalam penggunaan IS, sebaiknya lihat
terlebih dahulu permukaan IS untuk memastikan bahwa tidak ada tetesan air,
serpihan pasir atau serpihan kertas yang menempel pada permukaan IS.
i.
Streaking
Streaking adalah jalur atau coretan
yang terdapat pada film. Gambaran streaking bisa berbentuk jalur berwarna hitam
atau bisa berbentuk jalur seperti berminyak pada permkaan film yang bisa
dilihat saat film dimiringkan. Penyebab streaking adalah sebagai berikut :
·
Selama pembangkitan film non agitasi.
·
Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan
developer menetes ke bawah.
·
Adanya residu fixer yang mongering.
j.
Yellow patch
Yellow patch adalah bercak – bercak
kuning yang terdapat pada film setelah film dikeringkan dan disimpan beberapa saat.
Penyebab yellow patch adalah penggunaan cairan prosesing yang sudah kadaluarsa.
Secara spesifik yellow patch disebabkan oleh :
·
Waktu pembangkitan terlalu lama di developer yang
sudah lama.
·
Pembilasan yang
tidak cukup pada film.
·
Memakai fixer yang sudah lama.
·
Memakai developer yang telah teroksidasi terlalu lama
k.
Reticulation
Reticulation adalah bergelombangnya
film pada sisi emulsi. Reticulation terjadi karena suhu yang tinggi baik pada
developer, fixer maupun pengeringan. Untuk mencegah supaya hal ini tidak
terjadi, maka suhu developer dan fixer dijaga pada suhu standar yaitu 18°C -
20°C dan suhu pengeringan tidak boleh melebihi 50°C.
l.
Frilling
Frilling adalah proses lepasnya
emulsi dari base film. Frilling terjadi jika proses reticulation berlanjut, ini
berarti frilling terjadi ketika suhu yang digunakan baik pada developer, fixer
dan pengeringan melebihi dari suhu yang menyebabkan film mengalami
reticulation. Jika frilling terjadi maka film akan tampak bening karena emulsi
sudah lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan reticulation yaitu jaga
suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu standar.
m.
Light patch
Light patch adalah jalur terang yang
berada pada film. Penyebab terjadinya light patch adalah :
·
Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan
terang seperti tulang.
·
Adanya artefact pada IS (Intensifying Screen).
·
Terjadinya percikan fixer sebelm dilakukan
pembangkitan.
n.
Film
terbakar
Film terbakar adalah istilah dari
film yang tereksposi oleh cahaya tampak. Sebagaimana diketahui bahwa film
sangat sensitive terhadap cahaya tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai
film maka film akan terbakar. Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar
gelap yang bocor, dimana di dalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar.
Selain itu, film terbakar juga bisa diakibatkan kelalaian petugas kamar gelap
yang lupa menutup box film saat membuka pintu kamar gelap.
Untuk mencegah agar hal ini tidak
terjadi maka pastikan tidak ada cahaya yang masuk ke dalam kamar gelap dan
pastikan juga box film dalam keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.
Dengan banyaknya factor – factor
penyebab reject analysis film maka kita harus lebih berhati – hati dalam
pengolahan film agar tidak terjadi penolakan bahkan penglangan foto yang dapat
merugikan berbagai pihak.
C. PROSEDUR PELAKSANAAN REJECT ANALYSIS
FILM
a.
Survey/Data yang diperlukan dalam melakukan reject
analisis program maka, diperlukan survey terhadap
:
1. Jumlah film
yang belum terekspose di ruang processing termasuk dalam kaset.
2. Jumlah film
yang belum terekspose dimasing-masing ruang pemeriksaan.
3. Tentukan
jumlah film yang direject untuk masing-masing faktor penyebab pengulangan dan
penolakan radiograf.
4. Masing-masing
ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang ditolak serta faktor penyebab terjadinya reject.
5. Tim analisis
melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruang seminggu sekali, film yang
ditolak dihitung, disortir
dan dilakukan kategorisasi/pengelompokan
menurut penyebab terjadinya kerusakan.
6. Melakukan perhitungan dalam bentuk
prosentase.
b. Prosentasi
Analisis Penolakan dan Pengulangan Radiograf
1. Besarnya
angka penolakan dan pengulangan dapat
dihitung dengan rumus :
2.
Menentukan angka penolakan dan pengulangan setiap kategori
3. Batasan
radiograf yang diterima antara lain :
·
Angka reject tidak melebihi 10 %, idealnya
dibawah 4% - 6 % dan harus kurang dari
2% untuk pemeriksaan mammografi (Jeffrey, 2006).
·
Jika total reject rate > 10 %, maka diharapkan
harus melakukan Quality Program yang terbaik.
·
Jika reject rate 5 % -10 % maka kemungkinan terdapat
pada suatu keadaan
yaitu : Kualitas radiograf yang baik, jika tidak memiliki satu Quality Control
Program saat ini maka sebaiknya menginisiatifkan satu program untuk perbaikan.
D. TAHAP – TAHAP REJECT ANALYSIS FILM
Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis
harus diberikan kepada instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:
a.
Siapa yang menjalankan program.
b.
Radiografer yang diikutsertakaN.
c.
Kategori apa saja yang dilakukan.
d.
Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa.
e.
Periode waktu yang digunakan.
f.
Penafsiran hasil.
g.
Analisa hasil.
h.
Perbandingan hasil .
E. INTERPRETASI HASIL REJECT ANALYSIS
FILM
Dari hasil reject analysis film dapat diperoleh
hasilnya sebagai berikut :
1. Penyebab
tertinggi dari foto yang ditolak dan diulang, seandainya hasil adalah satu
faktor ekstrim, misalnya prosessing fault, maka yang perlu diteliti lebih rinci
yakni tentang prosessing sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.
2. Kalau ternyata
hasil berjenjang, pengkajian difokuskan pada hasil yang dianggap tinggi sampai
tertinggi.
3. Kalau
hasilnya masing-masing faktor merata maka perlu dikaji keseluruhan atau
memperpanjang waktu penelitian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Reject analysis yakni analisis dari foto rontgent yang
ditolak dan diulang karena tidak memenuhi syarat untuk keperluan diagnosa.
Reject analysis merupakan metode yang digunakan oleh
Departemen Radiologi untuk menentukan analisis film yang ditolak, efektivitas
biaya, konsistensi staff dan equipment dalam menghasilkan radiograf yang
berkualitas.
Tujuan Reject analysis film dilakukan dengan tujuan
untuk memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi dan pemanfaatan
film darat terjamin pada unit radiologi, memastikan peralatan radiografi dapat
dimanfaatkan secara konsisten dengan standar yang tinggi, memastikan bahwa
bahan - bahan yang ada digunakan secara efektif (cost effective way),
menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang direject dan aspek-aspek
penyebab yang membutuhkan perhatian, dan sebagai perencanaan awal dari
reject analysis program.
Adapun faktor-faktor terjainya penolakan film, yaitu:
1. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia (
human error )
2. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan
(tools eror)
3. Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien
(patient eror)
B. SARAN
Sebagai
radiografer sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam melaksanakan tugasnya untuk
membuat foto dalam menegakkan diagnosa penyakit dari pasien karena memikirkan
hal-hal yang menjadi taruhannya, seperti radiasi yang mengenai pasien dan
faktor-faktor ekonomi baik dari pihak rumah sakit maupun dari pasien sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
v Akhmad
Rizal Mashudi. 2014. “Reject Analysis”. http://radiologykr.blogspot.com/2014/06/analisis-penolakan-film-reject-analysis_24.html.
15 Februari 2015.
v Rahmyi
Qoriatul. 2013. “Analisis
Penolakan Film (Reject Analisis)”. http://raraqoriyatul.blogspot.com/2013/06/analisis-penolakan-film-reject-analisis.html.
15
Februari 2015.
v Arniati Amaliah Sinaga. 2012. “Konsep Fotografi”. http://blogradologi.blogspot.com/2012/05/materi-radiofotografi-semester-1.html. 15 Februari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar