Jumat, 29 Mei 2015

reject analsys

[Makalah kelompok kelas A]

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISA PENOLAKAN FILM (REJECT ANALISYS” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang analisa penolakan film atau lebih spesifiknya penyebab terjadinya penolakan film. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang analisa penolakan film.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar 15 Februari 2015



Penyusun










A.    LATAR BELAKANG

Fotografi adalah suatu proses pencatatan bayangan dengan menggunakan cahaya pada bahan yang peka terhadap cahaya. Radiofotografi adalah proses pencatatan bayangan dengan menggunakan sinar-x.
Sinar-x ditemukan pada tanggal 8 november 1895 oleh Wilhelm Cundrad Rooentgen.Benda yang memancarkan cahaya yang lebih kuat maka pada lapisan emulsi film akan terjadi penghitaman lebih dibandingkan dengan yang memancarkan cahaya kurang kuat.                                                                  
Proses yang terjadi pada Radiografi :
a.       Proses pembentukan bayangan
b.      Proses pencatatan bayangan pada alat yang peka terhadap cahaya
c.       Proses  pembentukan bayangan permanen

Perlengkapan  Radiofotografi :
a.       Pesawat sinar-x
b.      Tabung sinar-x
c.       Window
d.      Film sinar-x  → Bahan AgBr
e.       Kaset sinar-x (kedap cahaya)
f.       Prosessing ada 2 cara yaitu manual dan otomatis

Film sinar-x mempunyai fungsi sebagai pencatat bayangan dari gambar yang diinginkan sehingga dapat terlihat. Sifat film radiografi mempunyai kemampuan membuat pola dari bermacam-macam kehitaman (densitas) yang sebanding dengan intensitas cahaya radiasi yang diserap. Namun tidak semua pemotretan radiologi yang berhasil mencatat bayangan yang diinginkan. Ada beberapa kasus dimana film mengalami penolakan.


B.     RUMUSAN MASALAH

Ø  Apakah yang dimaksud dengan analisa penolakan film?
Ø  Apakah penyebab terjadinya penolakan film?
Ø  Bagaimana prosedur pelaksanaan analisa penolakan film?

C.    TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Ø  Menjelaskan definisi analisa penolakan film.
Ø  Menjelaskan penyebab terjadinya penolakan film.
Ø  Menjelaskan bagaimana prosedur pelaksanaan analisa penolakan film.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    DEFINISI REJECT ANALYSIS (ANALISA PENOLAKAN FILM)

Dalam proses peningkatan mutu radiografi dibutuhkan peranan radiografer dalam meningkatkan efesiensi diagnostik imaging. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu radiografi dan untuk meningkatkannya perlu dicari faktor-faktor penghambatnya secara pasti. Salah satu metode yang akan diuraikan adalah Reject Analysis (Analisa Penolakan Film). Reject analysis yakni analisis dari foto rontgent yang ditolak dan diulang karena tidak memenuhi syarat untuk keperluan diagnosa.
Reject analysis merupakan metode yang digunakan oleh Departemen Radiologi untuk menentukan analisis film yang ditolak, efektivitas biaya, konsistensi staff dan equipment dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas.
Tujuan Reject analysis film dilakukan dengan tujuan untuk memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi dan pemanfaatan film darat terjamin pada unit radiologi, memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten dengan standar yang tinggi, memastikan bahwa bahan - bahan yang ada digunakan secara efektif (cost effective way), menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan  perhatian, dan sebagai perencanaan awal dari reject analysis program.
Sasaran reject analisis mencakup 2 hal pokok :
v  Standardisasi kualitas.
v   Mencari penyebab penolakan dan pengulangan foto.
Dalam proses reject analysis film sangat dibutuhkan kesadaran radiografer dalam mencegah terjadinya reject dan repeat film, dan dalam menekan radiasi terhadap pasien .

B.     FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB REJECT ANALYSIS

Sebelum melakukan reject analysis (analisa penolakan film) maka kita harus mengetahui telebih dahulu penyebab reject analysis . Adapun faktor – faktor penyebab reject analysis, sebagai berikut :

1.      Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error )


Kesalahan atau kekurang telitian personal atau radiografer dalam mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang dihasilkan tidak memberikan informasi yang jelas untuk menegakkan diagnosa. Gambar yang dihasilkan dapat menjadi under exposure atau over exposure. Under exposure terjadi karena faktor eksposi yang diberikan kurang sehingga gambaran menjadi putih akibat kurangnya kontras dan densitas. Sedangkan over exposure terjadi karena faktor eksposi yang diberikan terlalu banyak sehingga gambaran yang dihasilkan menjadi terlalu gelap akibat kelebihan kontras dan densitas.

2.      Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)

Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil karena ada hambatan pada tegangan. Processing otomatis yang macet atau roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan IS yang kotor, marker yang menutupi organ.

3.      Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)

Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga terjadi karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena tidak mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.
Data-data tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu tertentu misalnya 2 – 6 bulan. Selama itu dapat dianalisis foto yang ditolak dan diulang untuk masing-masing jenis pemeriksaan, untuk masing-masing ruangan dan bahkan untuk satu unit radiologi.
Selain faktor – faktor diatas, penolakan film juga dapat terjadi karena adanya kesalahan – kesalahan pada pengolahan film. Saat pengolahan film dilakukan, adakalanya hasil pengolahan pada film menghasilkan film yang memiliki tambahan densitas (derajat kehitaman). Penambahan densitas yang terjadi tadi tidak merata tetapi hanya pada beberapa bagian tertent saja. Penambahan densitas pada film yang seperti ini dinamakan fog. Jenis – jenis kesalahan tersebut , antara lain :
a.       Age fog
Age fog dihasilkan dari film yang mempunyai usia yang mlebihi waktu kadaluarsa (expired date). Setiap film yang diproduksi oleh pabrik akan memiliki expired date tertentu, biasanya satu than dari wakt produksi. Film yang digunakan setelah melewati expired date akan menyebabkan film bertambah densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin masuk ke dalam tempat penyimpanan film dan suh tempat penyimpanan film. Penambahan densitas ini membuat gambaran pada film tampak seperti kabut hitam saat film dip roses meskipun tanpa di eksposi oleh sinar-x terlebih dahulu.
Untuk mencegah terjadinya age fog sebaiknya digunakan system FIFO (First In First Out) pada penyimpanan film. System FIFO maksudnya film yang lebih dahulu datang diletakkan dibagian paling depan sementara film yang kemudian datang diletakkan dibelakang film yang terlebih dahulu datang.
b.      Light fog
Light fog adalah fog yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang berasal dari safelight. Safelight memiliki sifat yang aman terhadap emulsi film tetapi bagaimanapun juga cahaya safelight akan mengakibatkan fog jika waktu kontak antara cahaya safelight dengan film tergolong lama. Secara spesifik penyebb light fog adalah sebagai berikut :
·         Kesalahan warna safelight.
·         Filter bocor / cahaya safelight terlalu kuat.
·         Film terlalu lama terkena cahaya safelight.

c.       Radiation fog
Radiation fog adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi dengan radiasi. Radiasi ini bisa berasal dari sinar-x, bahan – bahan radioaktif dan juga radiasi alam. Radiasi yang berinteraksi dengan film akan menyebabkan densitas film bertambah. Radiasi bisa berinteraksi dengan film dikarenakan kurangnya proteksi radiasi pada tempat penyimpanan film. Tempat penyimpanan film biasanya dekat sekali dengan kamar pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut terdapat pesawat sinar-x.
Untuk mencrgah supaya hal ini tidak terjadi, maka box film dalam keadaan rapat sehingga tidak ada cahaya yang masuk sedikitpun ke dalam box film. Kemudian pastikan pintu dan dinding kamar gelap tempat biasa disimpan film, telah dilapisi dengan Pb 2mm sebagai proteksi radiasi.
d.      Oxygen fog
Oxygen fog adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan oksigen di udara bebas. Saat dilakukan inspeksi, film akan dinagkat kelar dari tangki developer. Saat keluar dari developer, permukaan film masih basah oleh cairan developer. Akibatnya developer yang berada di permukaan film akan berinteraksi dengan udara bebas terutama oksigen. Oksigen akan mengoksidasi developer yang menempel pada permukaan film. Akibat oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah densitasnya dan film mengalami fog. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka saat melakukan kegiatan inspeksi sebaiknya tidak terlalu lama, meskipun tidak menggunakan safelight saat melakukan inspeksi,
e.       Chemical fog
Chemical fog adalah fog yang dihasilkan karena factor kimia yang berada di dalam cairan developer saat dilakukan pengolahan film. Secara spesifik chemical fog diakibatkan oleh:
·         Film terlalu lama di dalam cairan pembangkit.
·         Ph cairan pembangkit tinggi.
·         Kesalahan komposisi cairan pembangkit.
·         Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain.

f.       Back scatter fog
Back scatter fog adalah fog yang dihasilkan oleh radiasi hambr. Radiasi hambur yang masih cukup besar masih bisa menyebabkan kehitaman pada film. Pada beberapa pemeriksaan, kaset dibagi menjadi dua. Untuk membagi kedua kaset ini biasanya hanya digunakan lampu kolimator untuk membatasi lapangan penyinaran. Jika pesawat sinar-x yang digunakan masih sangat bagus keluar berkasnya, maka pembagian ini akan tergambar senpurna artinya tidak ada bagian lain yang bertambah kehitamannya akibat radiasi hambur. Namun jika pesawat sinar-x yang diguanakan sudah tidak bagus lagi keluaran berkasnya, maka pasti akan muncul penambahan kehitaman pada gambaran disebelahnya akibat radiasi hambur.
Untuk menghindari hal tersebut terjadi, jika harus menggunakan kV yang tinggi pada pemeriksaan maka gunakanlah grid diatas kaset yang fungsinya menyerap radiasi hambur. Kemudian jika kV yang digunakan kecil, namun pesawat sinar-x keluaran berkasnya sudah tidak bagus lagi maka gunakan pentup yang terbuat dari Pb 2 mm untuk membatasi lapangan penyinaran pada daerah sebelahnya.
g.      Dechroic fog
Dechroic fog adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari developer dengan fixer pada film. Hal ini terjadi karena proses rinsing tidak dilakukan dengan waktu yang cukup. Sebagaimana telah diketahui bahwa cairan developer bersifat basa dan fixer bersifat asam. Untuk menghindari interaksi langsung antara asam dan basa ini, film di bilas dengan air di tangki rinsing. Pembilasan ini bertujuan untuk menghilangkan developer dari permukaan film ketika hendak dimaasukkan ke dalam fixer yang bersifat asam. Interaksi langsung antara developer dan fixer akan mengakibatkan film mengalami fog.
Untuk mencregah supaya hal ini tidak terjadi maka lakukan rinsing dengan waktu yang cukp sehingga benar – benar yakin bahwa cairan developer sudah tidak ada di permukaan film atau setidaknya berkurang banyak. Kemudian ntuk menjaga agar prose rinsing berjalan dengan baik, pastikan air yang berada di dalam tangki tetap bersih.
h.      Artefact
Artefact adalah kesalah pengolahan film yang membentk bayangan putih pada film setelah diproses. Artifact biasanya terjadi karena permukaan IS yang tidak bersih. Permukaan IS mungkin tanpa sengaja terdapat tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas. Akibat hal-hal tersebut maka pendaran yang dihasilkan oleh IS akan tertahan sehingga sedikit pendaran cahaya yang ampai ke film. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka pastikan IS selalu dirawat dengan frekuensi yang sudah ditentukan. Namun untuk lebih meyakinkan dalam penggunaan IS, sebaiknya lihat terlebih dahulu permukaan IS untuk memastikan bahwa tidak ada tetesan air, serpihan pasir atau serpihan kertas yang menempel pada permukaan IS.
i.        Streaking
Streaking adalah jalur atau coretan yang terdapat pada film. Gambaran streaking bisa berbentuk jalur berwarna hitam atau bisa berbentuk jalur seperti berminyak pada permkaan film yang bisa dilihat saat film dimiringkan. Penyebab streaking adalah sebagai berikut :
·         Selama pembangkitan film non agitasi.
·         Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan developer menetes ke bawah.
·         Adanya residu fixer yang mongering.



j.        Yellow patch
Yellow patch adalah bercak – bercak kuning yang terdapat pada film setelah film dikeringkan dan disimpan beberapa saat. Penyebab yellow patch adalah penggunaan cairan prosesing yang sudah kadaluarsa. Secara spesifik yellow patch disebabkan oleh :
·         Waktu pembangkitan terlalu lama di developer yang sudah lama.
·          Pembilasan yang tidak cukup pada film.
·         Memakai fixer yang sudah lama.
·         Memakai developer yang telah teroksidasi terlalu lama
k.      Reticulation
Reticulation adalah bergelombangnya film pada sisi emulsi. Reticulation terjadi karena suhu yang tinggi baik pada developer, fixer maupun pengeringan. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka suhu developer dan fixer dijaga pada suhu standar yaitu 18°C - 20°C dan suhu pengeringan tidak boleh melebihi 50°C.
l.        Frilling
Frilling adalah proses lepasnya emulsi dari base film. Frilling terjadi jika proses reticulation berlanjut, ini berarti frilling terjadi ketika suhu yang digunakan baik pada developer, fixer dan pengeringan melebihi dari suhu yang menyebabkan film mengalami reticulation. Jika frilling terjadi maka film akan tampak bening karena emulsi sudah lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan reticulation yaitu jaga suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu standar.
m.    Light patch
Light patch adalah jalur terang yang berada pada film. Penyebab terjadinya light patch adalah :
·         Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan terang seperti tulang.
·         Adanya artefact pada IS (Intensifying Screen).
·         Terjadinya percikan fixer sebelm dilakukan pembangkitan.

n.      Film terbakar
Film terbakar adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya tampak. Sebagaimana diketahui bahwa film sangat sensitive terhadap cahaya tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai film maka film akan terbakar. Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor, dimana di dalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar. Selain itu, film terbakar juga bisa diakibatkan kelalaian petugas kamar gelap yang lupa menutup box film saat membuka pintu kamar gelap.
Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada cahaya yang masuk ke dalam kamar gelap dan pastikan juga box film dalam keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.
Dengan banyaknya factor – factor penyebab reject analysis film maka kita harus lebih berhati – hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi penolakan bahkan penglangan foto yang dapat merugikan berbagai pihak.

C.    PROSEDUR PELAKSANAAN REJECT ANALYSIS FILM

a.       Survey/Data yang diperlukan dalam melakukan reject analisis program maka, diperlukan survey terhadap :
1.      Jumlah film yang belum terekspose di ruang processing termasuk dalam kaset.
2.      Jumlah film yang belum terekspose dimasing-masing ruang pemeriksaan.
3.      Tentukan jumlah film yang direject untuk masing-masing faktor penyebab pengulangan dan penolakan radiograf.
4.      Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang ditolak serta faktor penyebab terjadinya reject.
5.      Tim analisis melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruang seminggu sekali, film yang ditolak dihitung, disortir dan dilakukan kategorisasi/pengelompokan menurut penyebab terjadinya kerusakan.
6.       Melakukan perhitungan dalam bentuk prosentase.
b.      Prosentasi Analisis Penolakan dan Pengulangan Radiograf
1.      Besarnya angka penolakan dan pengulangan dapat dihitung dengan rumus :
2.      Menentukan angka penolakan dan pengulangan setiap kategori



3.      Batasan radiograf yang diterima antara lain :
·         Angka reject tidak melebihi 10 %, idealnya dibawah 4% - 6 % dan harus kurang dari 2% untuk pemeriksaan mammografi (Jeffrey, 2006).
·         Jika total reject rate > 10 %, maka diharapkan harus melakukan Quality Program yang terbaik.
·         Jika reject rate 5 % -10 % maka kemungkinan terdapat pada suatu keadaan yaitu : Kualitas radiograf yang baik, jika tidak memiliki satu Quality Control Program saat ini maka sebaiknya menginisiatifkan satu program untuk perbaikan.

D.    TAHAP – TAHAP REJECT ANALYSIS FILM


Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus diberikan kepada instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:

a.       Siapa yang menjalankan program.
b.      Radiografer yang diikutsertakaN.
c.       Kategori apa saja yang dilakukan.
d.      Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa.
e.       Periode waktu yang digunakan.
f.       Penafsiran hasil.
g.      Analisa hasil.
h.      Perbandingan hasil .

E.     INTERPRETASI HASIL REJECT ANALYSIS FILM

Dari hasil reject analysis film dapat diperoleh hasilnya sebagai berikut :
1.      Penyebab tertinggi dari foto yang ditolak dan diulang, seandainya hasil adalah satu faktor ekstrim, misalnya prosessing fault, maka yang perlu diteliti lebih rinci yakni tentang prosessing sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.
2.      Kalau ternyata hasil berjenjang, pengkajian difokuskan pada hasil yang dianggap tinggi sampai tertinggi.
3.      Kalau hasilnya masing-masing faktor merata maka perlu dikaji keseluruhan atau memperpanjang waktu penelitian.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Reject analysis yakni analisis dari foto rontgent yang ditolak dan diulang karena tidak memenuhi syarat untuk keperluan diagnosa.
Reject analysis merupakan metode yang digunakan oleh Departemen Radiologi untuk menentukan analisis film yang ditolak, efektivitas biaya, konsistensi staff dan equipment dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas.
Tujuan Reject analysis film dilakukan dengan tujuan untuk memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi dan pemanfaatan film darat terjamin pada unit radiologi, memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten dengan standar yang tinggi, memastikan bahwa bahan - bahan yang ada digunakan secara efektif (cost effective way), menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan  perhatian, dan sebagai perencanaan awal dari reject analysis program.
Adapun faktor-faktor terjainya penolakan film, yaitu:
1.      Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error )
2.      Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)
3.      Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)

B.     SARAN

Sebagai radiografer sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam melaksanakan tugasnya untuk membuat foto dalam menegakkan diagnosa penyakit dari pasien karena memikirkan hal-hal yang menjadi taruhannya, seperti radiasi yang mengenai pasien dan faktor-faktor ekonomi baik dari pihak rumah sakit maupun dari pasien sendiri.


DAFTAR PUSTAKA


v  Akhmad Rizal Mashudi. 2014. “Reject Analysis”. http://radiologykr.blogspot.com/2014/06/analisis-penolakan-film-reject-analysis_24.html. 15 Februari 2015.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar